Selama delapan minggu terakhir, Bitcoin (BTC) menyerap lebih dari US$11,2 miliar dalam arus masuk bersih ETF (exchange-traded fund). Namun, harganya hanya naik sekitar 10%. Kenaikan ini jauh dari ekspektasi banyak investor.
Ketimpangan antara arus masuk modal dan performa harga ini pun menyulut gelombang kekhawatiran serta spekulasi. Situasi ini kembali membangkitkan memori publik akan sorotan terkait kustodian BlackRock-Coinbase.
Respons Dingin Bitcoin terhadap Arus Masuk ETF
Dalam unggahan terbarunya, Matrixport menyoroti ketimpangan antara harga BTC dan arus masuk ke ETF Bitcoin spot selama delapan minggu terakhir.
“ETF Bitcoin terus melakukan akumulasi — tapi mengapa harganya tidak melejit?” ujar perusahaan itu.
Meski permintaan dari lembaga institusional tetap solid, respons lesu Bitcoin mengisyaratkan adanya kekuatan lain yang mungkin menetralkan arus masuk tersebut. Laporan terbaru dari 10x Research menggemakan pandangan itu.
Dalam riset baru pada Kamis, peneliti 10X memperingatkan adanya tekanan jual masif, namun sebagian besar tak kasatmata, yang mungkin berasal dari holder jangka panjang atau investor awal.
- Baca Juga: Arthur Hayes: Kisah Pendiri BitMEX dan Prediksi Bitcoin US$1 Juta
Respons yang meredup ini juga memunculkan pertanyaan soal perilaku para pembeli korporat papan atas seperti MicroStrategy (sekarang Strategy).
Laju akumulasi MicroStrategy saat ini terlihat lebih tertahan dibanding pola belanja agresif mereka setelah kemenangan Donald Trump. Ini mengindikasikan pasar yang cenderung hati-hati atau sarat akan distribusi.
“Perhatikan, tiap kali mereka beli, jumlah posisinya menyusut drastis (rata-rata, -52%),” terang analis finansial sekaligus CEO Whalewire, Jacob King.
Di sisi lain, ketimpangan antara arus masuk ETF Bitcoin dan reaksi harga BTC kembali membangkitkan kekhawatiran soal keberadaan “paper BTC”.
Pada September 2024, BlackRock mengajukan amandemen untuk ETF Bitcoin spot-nya (IBIT) di tengah kekhawatiran atas praktik kustodian Coinbase.
Saat itu, beberapa investor khawatir bahwa penerbit ETF menyelesaikan transaksi dengan IOU alih-alih BTC asli, sehingga merusak mekanisme penemuan harga.
CEO Coinbase Brian Armstrong membantah tudingan tersebut dan menyatakan seluruh transaksi terkait ETF diselesaikan secara on-chain dalam satu hari kerja.
Demikian pula, analis ETF Bloomberg membantah spekulasi itu, menepis rumor bahwa Coinbase menerbitkan IOU Bitcoin untuk BlackRock dan menekan harga.
Sang analis menyebut kurangnya korelasi antara arus masuk ETF BTC dan harga Bitcoin disebabkan tekanan jual dari holder native, bukan karena penerbit ETF atau BlackRock.
Balchunas bahkan memuji para penerbit karena justru menstabilkan pasar.
Meski begitu, spekulasi ini kembali mencuat di tengah stagnasi harga Bitcoin saat ini.
Ketidakpastian Makro Mengaburkan Sentimen
Sementara itu, ketidakstabilan geopolitik turut membebani momentum harga, terutama ketegangan antara Israel dan Iran, di mana AS kini turut mengambil posisi.
Menurut Santiment, konflik yang terus berlangsung antara Israel dan Iran telah memicu lonjakan volatilitas yang terlihat jelas di seluruh pasar kripto. Antara 12 hingga 15 Juni, sentimen bearish meningkat tajam, menguapkan lebih dari US$200 miliar dari total kapitalisasi pasar kripto.
Bitcoin anjlok 4–6% sebelum akhirnya stabil di kisaran US$105.000. Analis Santiment menyebut pola ini menyerupai guncangan geopolitik sebelumnya seperti invasi Rusia ke Ukraina atau konflik Israel-Palestina pada Oktober 2022.
“Meski sempat panik di awal, Bitcoin tetap bertahan di rentang US$104.000 hingga US$105.000. Ini didorong oleh arus masuk ETF yang konsisten serta minimnya eskalasi aksi militer, mencerminkan pola ‘risk-off lalu stabilisasi’ yang biasa terlihat dalam krisis geopolitik sebelumnya,” tulis Santiment dalam sebuah unggahan.
Terlepas dari arus masuk ETF yang terus mengalir dan fundamental on-chain yang solid, para trader nampak enggan bergerak. Volatilitas menyempit, dan likuiditas di bawah permukaan terlihat menipis.
Menurut 10x Research, para trader tengah bertaruh pada potensi breakout atau bersiap menghadapi breakdown.
- Baca Juga: Prediksi Harga Bitcoin (BTC) 2025, 2026, 2030
Pada intinya, pergerakan harga Bitcoin kini mencerminkan ketegangan struktural yang lebih dalam. Ada benturan antara arus bullish dari institusi, re-entry hati-hati dari ritel yang sempat menepi, serta aksi jual strategis dari holder jangka panjang.
Sampai ketidakseimbangan itu terselesaikan dan kepercayaan terhadap pembentukan harga pulih, Bitcoin bisa saja terus melawan narasi arus masuk.

Data BeInCrypto menunjukkan BTC diperdagangkan di US$105.054 pada waktu publikasi, turun 0,36% dalam 24 jam terakhir.
Bagaimana pendapat Anda tentang fenomena macetnya harga Bitcoin (BTC) terlepas dari arus masuk deras ETF di atas? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!